SESAAT usai mendarat di Bandara Presidente Nicolau Lobato, saya berbincang suntuk dengan seorang sopir yang menjadi pemandu di Dili. Bahasa Indonesianya fasih, maklum dia anak angkatan 80an.
Dia bercerita, bandara satu-satunya di Dili ini juga, dibangun oleh Indonesia pada 1970an. "Orang-orang seumuran saya yang pernah merasakan dijajah Indonesia, pasti fasih Bahasa Indonesia," ujar dia.
Apaa?! Sepertinya kuping saya ngga salah denger. Indonesia, negara yang suka dicaci-maki rakyatnya itu, disebut pernah menjajah. Dalam hati, berarti hebat juga negara gue punya prestasi pernah menjajah kayak negara-negara Eropa.
Seorang sopir yang lain, mengaku punya istri orang Semarang. Katanya, dia punya mimpi untuk tinggal menenetap di kota asal istrinya itu, sementara dia akan tetap mempertahankan kewarganegaraan Timor supaya bisa berbisnis mengimpor barang dari Jawa untuk dijual di sini. Cerita-cerita sopir di Dili ini kok rasanya seperti mirip ya...? Mirip sama yang dirasakan orang Jakarta juga. Hehehe.
EmoticonEmoticon