CRISTO REI adalah salah satu sisa 'penjajahan' Indonesia yang masih dan akan terus berdiri megah di Timor Leste.
Patung ini dibikin seniman Bandung, Mochammad Syailillah dan kemudian diresmikan Presiden Soeharto pada 1996. Loh, kok saya bisa tahu? Ya googling sama tanya-tanya di sini dong.. hehe..
Waktu saya tanya sama orang sini, ternyata meski patung ini bikinan orang Indonesia, mereka sama sekali tak mempermasalahkan. Bahkan setiap Sabtu-Minggu selalu saja ramai orang beribadah dan rekreasi di sekitar patung ini.
Terlebih, saat Hari Raya Paskah. Empat belas relief perjalanan Yesus disiksa dan disalib di sepanjang pinggir tangga menuju puncak Bukit Fatucama, menjadi bahan perenungan. Yang membuat saya takjub saat mengunjungi Cristo Rei, tentu saja adalah pemandangannya yang sungguh indah.
Di puncak bukit, kota Dili terlihat indah. Belum lagi, pasir putih di bawah teluk Fatucama sangat bersih. Kalo menurut saya, patung ini sangat mirip dengan Patung Kristus Raja yang ada di Rio de Janeiro, di Brasil.
Jadi, kalo belum kesampaian ke negerinya Ronaldinho dan Neymar, ya sudah terbayar dengan main ke sini. Hehehe. Hanya ketinggiannya saja kok yang beda 10 meter. Selain itu, masih ada perbedaan yang mencolok. Jika di Brasil, di bawah patung Cristus ada banyak cewek berbikini berjemur, di Dili pantainya masih sepi. Hehehe..
Menurut sejarahnya, saat pemberkatan patung oleh Uskup Ximenes Belo. Patung Kristus Raja ini menjadi simbol bagi warga untuk menggantungkan harapan akan kedamaian, kesejahteraan, dan kehidupan yang lebih baik di Tanah Lorosae.