SUATU malam, di tengah hutan kota Cinere. Ban vespa saya bocor. Tak ada sesiapa di situ. Suasana gelap mencekam. Jarum jam sudah mendekati angka 12.
Saat itu, saya dan dia berkendara usai melawat sebuah acara reuni kecil di Sawangan, Depok. Usai vespa saya parkirkan di pinggir jalan, raut cemberut saya lihat di wajahnya.
Tapi, suasana gelap dan jauh dari pemukiman memaksanya setia. Setelah saya tenangkan bahwa mengganti ban vespa hanya butuh waktu setengah jam, dia pun mulai ikut membantu.
Vespa memang sepeda motor istimewa. Ban motor pabrikan Italia itu prinsipnya seperti mobil. Depan belakang sama, dan jika bocor kita harus menyediakan ban serep. Keistimewaan lainnya, kekeluargaan para penunggang vespa seperti tak ada duanya. Prinsip 'satu vespa sejuta saudara' selalu dijunjung.
Seperti malam itu, tak lama ketika saya mengganti ban bocor, dua orang menghampiri kami. Mereka mengendarai motor matic. Namun mengaku anak vespa dan dengan sukarela membantu saya menggantikan ban bocor dengan ban cadangan. Setelah dirasa beres, kami berkenalan dan saya ucapkan terima kasih. Mereka pun pergi.
Sialnya, ban serep yang saya bawa malam itu tak terisi angin penuh. Akibatnya beres satu masalah masih ada masalah lainnya. Vespa tak bisa langsung kami tunggangi berboncengan.
Terpaksa kami berjalan berdua di kegelapan sambil menuntun vespa mencari tukang tambal ban. Kami baru mendapat tambal ban di pasar Pondok Labu. Sebetulnya, ada banyak momen romantis kami di atas vespa. Semuanya selalu berkesan. Dan sepanjang perjalanan itu, kami berbincang tentang saat-saat di mana sengsara yang menguji kesetiaan. Kami menertawakan kesialan. Dan berharap tak mengulanginya lagi. Mohon doanya agar kami seterusnya saling setia.
EmoticonEmoticon